Foto disamping tampak seperti persahabatan mahluk Alien dari luar dengan ras manusia di bumi seperti di film ET. Tapi jangan salah, foto disamping adalah foto yang saya dapat ketika mencari artikel tentang penyakit kusta. Penyakit kusta bukanlah penyakit yang baru ditemukan seperti HIV atau Hepatitis, tapi penyakit yang ada sudah sejak lama. Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath, yang digambarkan pada alkitab dan sering disamakan dengan kusta (wikipedia). Lepas dari itu begitu banyak penderitaan yang ditimbulkan oleh penyakit ini kepada si penderita. Salah satunya adalah pengasingan dari kegiatan masyarakat normal. Biasanya dibuat suatu perkampungan dimana disitu ditempatkan orang-orang kusta, dan mereka harus mengalami pengasingan terhadap keluarga-keluarga yang masih normal.
Pada suatu hari ketika Yesus sedang memberitakan Injil di Galilea, Ia berjumpa dengan seorang yang berpenyakit kusta. Sambil berlutut di hadapan Yesus, ia memohon bantuanNya katanya :”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya dengan belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya :”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
Adakah hal tersebut suatu keajaiban? Bagi saya ialah iya. Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton sebuah tayangan dari National Geographic yang menceritakan tentang ke12 murid, dan dalam salah satu penggalan ceritanya, diceritakan mengapa para murid tidak dapat menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (dengan tanda seperti penyakit ayan). Dikatakan dalam penelitian tentang kejadian itu bahwa untuk melakukan penyembuhan maka si penolong haruslah memiliki kepercayaan diri yang tinggi sama seperti dokter yang melakukan sugesti terhadap dirinya sendiri. Tapi hal tersebut sungguh tidak masuk akal, karna apa yang dilakukan Yesus adalah dalam keadaan sekejap, sehingga orang itu menjadi tahir. Menjadi tahir memilik pengertian yang lebih daripada sembuh. Hal ini dikarenakan untuk menyatakan seseorang tahir maka haruslah melalui pemeriksaan imam-imam. Yang pasti tidak ditemukan sama sekali sisa-sisa berupa totol atau bercak putih sedikitpun pada si penderita. Hal ini menunjukan apa yang telah dilakukan oleh Yesus adalah sebuah keajaiban, sebuah perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkuasa.
Jadi apa bedanya antara Yesus dengan dukun-dukun atau orang-orang pintar lainnya seperti Ponari dkk (saya bukan bermaksud menyatakan Ponari adalah seorang yg pintar, namun image masyarakatlah yang membuatnya seperti itu)??. Dapat dibayangkan mungkin hal yang sama yang terjadi ketika Yesus melakukan mujizat-mujizat 2000 thaun lalu di Israel, dengan apa yang terjadi sekarang, ketika beribu-ribu orang mengunjungi Ponari untuk memperoleh kesembuhan. Begitu banyak orang yang mengharapkan kesembuhan secara instan. Perbedaannya adalah dari segi otoritas kekuasaan. Dimana kita melihat dari percakapan tersebut, bahwa karena kemauan Yesus lah maka orang itu menjadi tahir. Berbeda dengan yang dilakukan oleh dukun-dukun dimana mereka memerlukan kuasa si jahat terlebih dahulu untuk bisa melakukan penyembuhan, seandainya tidak berhasil maka ada yang dikambinghitamkan. Hal yang sama juga dilakukan oleh dokter-dokter bahkan pendeta sekalipun. Mereka melakukan segala penyembuhan hanya sebagai media perantara. Berbeda dengan Yesus yang melakukan hal tersebut karena keinginanNya sendiri, apabila Ia katakan “Terjadi” maka hal itu pasti terjadi.
Butuh suatu keberanian bagi seorang penderita kusta atau pun penyakit lainnya apabila harus menerima kenyataan bahwa Tuhan Yesus tidak menghendaki kesembuhan. Terkadang ada yang menyebutkan bahwa si penderita kuranglah beriman sehingga tidak terjadi kesembuhan. Padahal apabila kita merenungkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita semuanya terjadi atas izin dari Yesus yang merupakan Tuhan dan Juruselamat kita, bukankah lebih mudah menjawab ketidaksembuhan itu dengan iman, “Apakah Tuhan Yesus mau memberikan kesembuhan atau tidak?” Jika jawabannya tidak, maka itulah yang terbaik buat kita. Jangan jadikan ketidaksembuhan tersebut sebagai tameng untuk tidak mempercayai Yesus, bukankah dia telah memberikan hidupNya dan telah menganugerahkan keselamatan? Jadi kesembuhan adalah hal yang sangat kecil dibanding hal yang utama tadi. Saya sendiri sebenarnya merasa malu mengungkapkan hal ini, karena saya tidak berdiri sebagai seorang yang berpenyakit kusta, yang mengalami berbagai penderitaan setiap harinya. Tapi alangkah baiknya manusia tetap berusaha untuk mencari kesembuhan sesuai kehendak Allah, dan biarlah Ia yang menentukan hasilnya.
Sekarang kita dapat menyimpulkan apakah kesembuhan itu terletak pada dukun-dukun, orang pintar, atau dokter-dokter yang canggih saat ini?? Atau melalui KKR, minyak, air atau doa-doa pendeta lainnya?? Kuasa Tuhan memang terkadang tidak jelas kita lihat, terkadang tidak dalam bentuk instan, namun bisa bekerja melalui apa saja dan kapan saja. Apabila Ia mau menyerahkan AnakNya yang tunggal untuk menderita bagi kita manusia, apakah tidak lebih besar lagi kemauannya untuk merancangkan yang baik bagi jalan hidup kita.
Sumber :
- Markus 1 : 39 – 43
- Kotbah hari Minggu 15 Feb 2009 Sdr.Samuel Akihary di GKI Samanhudi
- Wikipedia ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kusta )
- Foto-foto dari internet