Category Archives: Christianity

Hidup di tengah pasar malam

Hidup ini seperti seorang anak kecil yang tersesat di tengah keramaian pasar malam, yang ada hanyalah buku usang ditangannya yang memberi petunjuk menuju rumah. Setiap orang yang ada disana mencoba menawarkan segala sesuatu yang dia punya dan berjanji akan menunjukkan jalan ke rumahnya. Hari sudah semakin malam, dan ia tidak menemukan suatu petunjuk apapun dari pedagang-pedagang itu, semuanya membuat si Anak kecil bertambah bingung. Hingga dia teringat buku usang yang ada ditangannya, yang dulu diberikan Ayah sebelum ke pasar malam, mungkin ada petunjuk dsana. Awalnya membaca buku itu saja agak susah, karna teks yang telah lama, dan padanan kalimat yang aneh. Ingin rasanya pergi ke tempat bermain dan diujung sana, dan menghabiskan waktu semalaman hingga pagi tiba. Tapi biarlah dibaca sedikit lagi.. Kalimat demi kalimat mulai diikuti, dan langkah kecilnya mulai mengikuti petunjuk yang ada di buku itu. Kadang dia terlalu asik membaca sehingga tidak melihat lubang yang ada dihadapannya, terkadang dia juga tergoda dengan toko disamping sehingga ia melupakan petunjuk di buku itu. Malam makin larut, tidak terasa ia telah keluar dari keramaian pasar malam. Angin semakin kencang, udara pun semakin dingin, tapi sayup-sayup dia melihat sebuah cahaya di ujung jalan sana, dan ia yakin itulah rumahnya. Rumah yang selalu dirindukannya, dimana Ayah dan Ibu menantikan dia sepanjang malam.

KEGAGALAN SEORANG MURID KRISTUS

Ketika kita memahami sebuah kata “kegagalan”, tentunya kata tersebut mempunyai arti yang bersifat negatif. Kata kegagalan dapat berarti sebuah ketidakmampuan untuk mencapai sesuatu. Hampir sama seperti makna “harmatia” yang saya sampaikan dalam posting sebelumnya yang berarti tidak mencapai sasaran. Kegagalan yang akan saya sampaikan dalam tulisan ini yaitu menyangkut kegagalan seseorang yang berstatus / menyatakan dirinya sebagai seorang murid Kristus (Yesus Kristus).

Pada hari yang lalu, entah mengapa ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, saya merasakan suatu perasaan yang sangat tidak menyenangkan di hati (ya iyalah, namanya juga perasaan pasti adanya di hati, masa di batok kepala). “I fill something like there is a hole in my life”. Ya, sepertinya ada sesuatu kekurangan, yang selama ini saya sadar atau tidak sadari yang sepertinya akan menelan seluruh hidup saya. Seperti perasaan seseorang yang patah hati, atau seseorang yang telah ditinggal pergi orang yang dikasihinya, kalau seorang penyair bilang “gundah gulana”(kaya anak kecil aja mau bilang “rendah gulanya”) atau mungkin seandainya Anda dapat memahami apa yang Pengkotbah sampaikan ketika mencapai satu kata desperate dengan ucapan “Segala sesuatunya sia-sia, percuma orang berlelah-lelah, dan percuma juga orang yang bermalas-malasan, karena semuanya akan berakhir pada sebuah kesia-siaan”.

Continue reading

Natal, kesederhanaan dalam kemewahan

Hmm.. udah telat sih kayanya posting tentang natal, btw kemaren lihat postingan Clara tentang natal, jadi pengen nulis juga.. Ga terlalu panjang sih, cuma pengen nyeritain tentan paduan suara yang dibentuk untuk perayaan kedatangan Tuhan Yesus (nb: bukan ngerayain ultah) ke dunia.

Semula awal latihan paduan suara yang dilatih oleh Mas Agus (bintang iklan di layar TV) terbilang sungguh memprihatinkan, gmana tidak, janji latihan adalah mulai pukul 12, tapi untuk menunggu peserta diperlukan waktu setengah jam, sehingga latihan baru bisa dimulai jam 12.30 – 13.30. Yah lumayan kejar tayang, tapi ga cuma itu, salah satu penyebab mandeqnya latihan koor. Lagu yang ditampilkan kali ini adalah Hallelujah Handle, woooww.. agak susah memang, karena menggunakan tempo yang cepat, ketinggalan dikit, terpaksa nunggu kereta selanjutnya.

Tidak terasa 3 bulan udah bersama latihan, pada akhir menjelang hari H puji Tuhan semua persiapan untuk Padus telah selesai, kita akan menyanyikan 3 lagu, yaitu Hallelujah Handle, Jingle Bell, dan O Holy Night.. Untuk Jingle Bell, wupp.. gw belum sempat sama sekali latihan, karna keasyikan bernatal di Medan.

natalPeserta Paduan Suara Natal Gabungan BMKG, AP, Datascirp, Gapura Angkasa 17 Januari 2009

Tagged

Konflik, apakah arti sebuah kedewasaan?

resolvingconflictKonflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. (Wikipedia).

Dalam keadaan sekondusif apapun, mustahil tidak terdapat konflik. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, apakah suatu konflik merupakan suatu penghalang kemajuan? Memang pihak yang terlibat konflik akan selalu mengalami tekanan selama konflik tersebut belum terselesaikan. Namun apabila konflik dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan kemunduran atau lebih parah lagi akan menimbulkan keretakan dalam sebuah organisasi.

Ada beberapa cara untuk mengatasi konflik, beberapa diantaranya yang saya biasa lakukan adalah :

  1. Berusaha melupakan perbedaan yang ada dan berusaha melakukan kegiatan seperti biasa (waktu yang menyembuhkan)
  2. Apabila permasalahan menyangkut orang yang dikasihi, biasanya konflik tersebut diceritakan duduk perkaranya, sehingga dapat diselesaikan

Tidak jarang konflik yang pernah terjadi akan menimbulkan luka yang sangat sulit diobati. Ada sebuah cerita :

Alkisah hiduplah seorang pembantu raja yang mempunyai hutang 1000 dinar kepada rajanya. Hingga batas waktu yang ditentukan si pembantu tidak dapat melunasi hutan, dan ia kemudian dipanggil menghadap raja. Raja itu kemudian menagih hutangnya, namun si pembantu tidak sanggup membayar. Kemudian si pembantu menceritakan semua kesusahannya dan mengapa ia tidak dapat membayar hutang. Singkat kata, meraasa iba lah Raja tersebut, dan merelakan semua hutang-hutang si pembantu. Pembantu itu sangat senang, begitu juga dengan Raja yang mempunyai banyak harta.

Kemudian suatu hari, Pembantu raja itu bertemu dengan seorang temannya yang mempunyai hutang sebesar 1 dinar kepadanya, maka ditagihnya dan kedapatan lah ia tidak bisa membayar. Maka marahlah pembantu itu dan ia menjebloskannya ke penjara. Cerita tersebut akhirnya sampai ke telinga raja, begitu mendengar kepicikan si pembantu, Ia sangat murka. Betapa tidak, hutangnya sebesar 1000 dinar dapat ia hapuskan, mengapa 1 dinar ia permasalahkan. Kemudian si pembantu raja tersebut juga dijebloskan ke penjara yang lebih dalam.

Suatu hal yang harus dapat dipelajari, untuk mengatasi konflik yang ada, maka haruslah memiliki sikap memaafkan. Menerima pendapat orang lain yang menyakitkan hati dengan sikap terbuka merupakan salah satu bentuk kedewasaan. Cara paling ampuh untuk bisa mengampuni adalah dengan menyatakan “dia tidak tahu apa yang dia perbuat”.

Suatu hari murid-murid Yesus bertanya kepadaNya, “Tuhan, berapa kali kah kami harus memaafkan orang yang bersalah kepada kami? Tujuh kali kah? Jawab Yesus, ” Tidak, tetapi tujuh puluh kali tujuh kali”

Satu hal yang berat memang, tapi itulah ajaran Yesus.

Tagged ,

Aku Percaya, Allah Menolong

leprosy_hands Foto disamping tampak seperti persahabatan mahluk Alien dari luar dengan ras manusia di bumi seperti di film ET. Tapi jangan salah, foto disamping adalah foto yang saya dapat ketika mencari artikel tentang penyakit kusta. Penyakit kusta bukanlah penyakit yang baru ditemukan seperti HIV atau Hepatitis, tapi penyakit yang ada sudah sejak lama. Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. 180px-leprosy_thigh_demarcated_cutaneous_lesionsTidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath, yang digambarkan pada alkitab dan sering disamakan dengan kusta (wikipedia). Lepas dari itu begitu banyak penderitaan yang ditimbulkan oleh penyakit ini kepada si penderita. Salah satunya adalah pengasingan dari kegiatan masyarakat normal. Biasanya dibuat suatu perkampungan dimana disitu ditempatkan orang-orang kusta, dan mereka harus mengalami pengasingan terhadap keluarga-keluarga yang masih normal.

Pada suatu hari ketika Yesus sedang memberitakan Injil di Galilea, Ia berjumpa dengan seorang yang berpenyakit kusta. Sambil berlutut di hadapan Yesus, ia memohon bantuanNya katanya :”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya dengan belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya :”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.

Adakah hal tersebut suatu keajaiban? Bagi saya ialah iya. Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton sebuah tayangan dari National Geographic yang menceritakan tentang ke12 murid, dan dalam salah satu penggalan ceritanya, diceritakan mengapa para murid tidak dapat menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (dengan tanda seperti penyakit ayan). Dikatakan dalam penelitian tentang kejadian itu bahwa untuk melakukan penyembuhan maka si penolong haruslah memiliki kepercayaan diri yang tinggi sama seperti dokter yang melakukan sugesti terhadap dirinya sendiri. Tapi hal tersebut sungguh tidak masuk akal, karna apa yang dilakukan Yesus adalah dalam keadaan sekejap, sehingga orang itu menjadi tahir. Menjadi tahir memilik pengertian yang lebih daripada sembuh. Hal ini dikarenakan untuk menyatakan seseorang tahir maka haruslah melalui pemeriksaan imam-imam. Yang pasti tidak ditemukan sama sekali sisa-sisa berupa totol atau bercak putih sedikitpun pada si penderita. Hal ini menunjukan apa yang telah dilakukan oleh Yesus adalah sebuah keajaiban, sebuah perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkuasa.

kustaJadi apa bedanya antara Yesus dengan dukun-dukun atau orang-orang pintar lainnya seperti Ponari dkk (saya bukan bermaksud menyatakan Ponari adalah seorang yg pintar, namun image masyarakatlah yang membuatnya seperti itu)??. Dapat dibayangkan mungkin hal yang sama yang terjadi ketika Yesus melakukan mujizat-mujizat 2000 thaun lalu di Israel, dengan apa yang terjadi sekarang, ketika beribu-ribu orang mengunjungi Ponari untuk memperoleh kesembuhan. Begitu banyak orang yang mengharapkan kesembuhan secara instan. Perbedaannya adalah dari segi otoritas kekuasaan. Dimana kita melihat dari percakapan tersebut, bahwa karena kemauan Yesus lah maka orang itu menjadi tahir. Berbeda dengan yang dilakukan oleh dukun-dukun dimana mereka memerlukan kuasa si jahat terlebih dahulu untuk bisa melakukan penyembuhan, seandainya tidak berhasil maka ada yang dikambinghitamkan. Hal yang sama juga dilakukan oleh dokter-dokter bahkan pendeta sekalipun. Mereka melakukan segala penyembuhan hanya sebagai media perantara. Berbeda dengan Yesus yang melakukan hal tersebut karena keinginanNya sendiri, apabila Ia katakan “Terjadi” maka hal itu pasti terjadi.

Butuh suatu keberanian bagi seorang penderita kusta atau pun penyakit lainnya apabila harus menerima kenyataan bahwa Tuhan Yesus tidak menghendaki kesembuhan. Terkadang ada yang menyebutkan bahwa si penderita kuranglah beriman sehingga tidak terjadi kesembuhan. Padahal apabila kita merenungkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita semuanya terjadi atas izin dari Yesus yang merupakan Tuhan dan Juruselamat kita, bukankah lebih mudah menjawab ketidaksembuhan itu dengan iman, “Apakah Tuhan Yesus mau memberikan kesembuhan atau tidak?” Jika jawabannya tidak, maka itulah yang terbaik buat kita. dsc00020Jangan jadikan ketidaksembuhan tersebut sebagai tameng untuk tidak mempercayai Yesus, bukankah dia telah memberikan hidupNya dan telah menganugerahkan keselamatan? Jadi kesembuhan adalah hal yang sangat kecil dibanding hal yang utama tadi. Saya sendiri sebenarnya merasa malu mengungkapkan hal ini, karena saya tidak berdiri sebagai seorang yang berpenyakit kusta, yang mengalami berbagai penderitaan setiap harinya. Tapi alangkah baiknya manusia tetap berusaha untuk mencari kesembuhan sesuai kehendak Allah, dan biarlah Ia yang menentukan hasilnya.

Sekarang kita dapat menyimpulkan apakah kesembuhan itu terletak pada dukun-dukun, orang pintar, atau dokter-dokter yang canggih saat ini?? Atau melalui KKR, minyak, air atau doa-doa pendeta lainnya?? Kuasa Tuhan memang terkadang tidak jelas kita lihat, terkadang tidak dalam bentuk instan, namun bisa bekerja melalui apa saja dan kapan saja. Apabila Ia mau menyerahkan AnakNya yang tunggal untuk menderita bagi kita manusia, apakah tidak lebih besar lagi kemauannya untuk merancangkan yang baik bagi jalan hidup kita.

Sumber :

  1. Markus 1 : 39 – 43
  2. Kotbah hari Minggu 15 Feb 2009 Sdr.Samuel Akihary di GKI Samanhudi
  3. Wikipedia ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kusta )
  4. Foto-foto dari internet